Bahasa Agama dan
Politik
Oleh: Fahim Khasani
Revolusi
yang terjadi di berbagai negara arab membuat peta perpolitikan kawasan Timur
tengah berubah total. Pasca revolusi, muncul semacam trauma atas tipologi
kepemimpinan masa lalu yang cenderung diktator dan kebal kritik. Ini merupakan
kesempatan emas bagi kelompok-kelompok yang dulu pernah tertindas dan dikebiri
hak-hak politiknya untuk unjuk diri. Tak hanya itu, partai-partai baru dengan
berbagai macam ideology yang diusung tak mau kalah. Mereka mulai bermunculan
dan menjamur bak cendawan tersiram air hujan.
Saat
itu panggung politik lebih seperti panggung pencarian bakat yang lagi marak di
layar kaca. Betapa tidak, partai-partai itu menjajakan semua yang mereka
janjikan sesuai dengan ideologi masing-masing. Kaum nasionalis bangga dengan
slogan nasionalisme yang mereka agung-agungkan. Kaum liberal sibuk dengan
slogan pembebasannya. Kaum islamis tak mau kalah dengan semangat yang berkobar
jargon-jargon islam lantang mereka suarakan. Dan kaum-kaum lainnya yang turut
meramaikan panggung politik.
Fokus
pada gaya
politik kaum islamis. Jika kita cermati ada hal yang menarik untuk dibahas
sebagai sebuah fenomena. Fenomena berpolitik dan fenomena dalam beragama. Hal
ini karena mereka mengatasnamakan Islam sebagai sebuah agama yang dipeluk oleh
masyarakat yang mayoritas. Bahkan mengaku mewakili Islam dan masyarakat muslim.
Sehingga apa yang mereka perjuangkan melalui kendaraan partai disinyalir
sebagai perjuangan agama yang harus diperjuangkan oleh semua muslim yang taat.
Pada
konteks yang demikian, batas antara laku berpolitik dan beragama amat sangat
tipis laksana kulit ari. Hampir tidak bisa dipisahkan antara dimensi politik
dan dimensi keagamaan. Sehingga seringkali terjadi pertukaran yang tidak
sengaja antara keduanya, dan mungkin sebagian menganggap keduanya adalah sama.
Di sinilah awal mula bencana itu muncul.
Kalaupun
ada yang berusaha untuk menjelaskan tapal batas yang sangat tipis itu, orang
tersebut harus siap jika nanti dituduh sebagai seorang yang sekuler. Tentunya
dengan berbagai konsekwensi makna dan tanggung jawab yang terkandung dalam kata
‘sekuler’. Atau kritikan yang ditujukan untuk partai islamis tertentu bisa jadi
disalah artikan oleh simpatisan fanatiknya sebagai kritikan terhadap agama yang
sakral itu. Tak ayal kata ‘liberal’ dengan berbagai konsekwensinya disematkan
secara sepihak, alih-alih sebagai gelar untuk si kritikus. Akhirnya partai
islamis itu menjadi kebal kritik sebagai sebuah partai politik bentukan manusia
yang berideologi islam.
Sebenarnya
tidak menjadi masalah menebarkan ajaran Islam yang mulia itu melalui kendaraan
partai. Hanya saja perlu dicermati dan diperhatikan betul-betul mana yang
menjadi tujuan partai dan mana yang menjadi tujuan agama. Sebab keduanya sama
sekali berbeda. Mencampur adukkan keduanya hanya akan menimbulkan preseden
buruk terhadap Islam sebagai sebuah agama. Betapa tidak, Islam yang luhur itu
nantinya hanya akan menjadi alat untuk memenuhi syahwat politik manusia yang
haus akan kekuasaan.
Dalam
masa kampanye misalnya, jargon seperti ‘Islam adalah solusi’ sebenarnya
problematis. Seakan-akan Islam belum tegak tanpa memilih partai si empu jargon
itu. Seakan-akan masyarakat belum berislam sehingga mengalami problem kehidupan
yang sangat akut, lantas menghadirkan Islam sebagai sebuah tawaran solusi guna
memperbaiki kualitas hidup. Lalu, bukankah Islam sudah melekat dalam hati
masyarakat muslim jauh sebelum partai meneriakkan kalimat tersebut?
Hal
yang dikhawatirkan akan munculnya jargon-jargon seperti ini adalah mempersempit
skala Islam sebagai agama yang universal menjadi hanya lingkup satu partai.
Memperdangkal makna Islam yang amat dalam itu hanya dalam satu ruang, partai.
Dengan demikian mereka yang telah termakan jargon ini akan mempunyai pemahaman
yang sempit terhadap Islam, hanya sebatas partai. Sehingga upaya kritikan yang
ditujukan untuk partai sebagai organisasi politik disalah artikan sebagai
kritikan terhadap agama. Sungguh Islam jauh lebih agung dari sekedar partai
politik yang hanya berorientasi untuk berkuasa.
Tanpa
menandai tapal batas antara kepentingan politik dan agama membuat jubir parpol
sangat gampang menyitir ayat-ayat suci untuk menggerakkan masa, doa-doa
negative terhadap lawan politik yang bersebarangan dan lain sebagainya. Sebenarnya
pola seperti ini bukanlah hal yang baru. Saat fitnah kubro membara, orang-orang
khawarij juga melakukan hal yang sama, menggunakan Al-Qur’an untuk kepentingan
politik. Hingga Sayyidina Ali Ra berkomentar: kalimatu Haq urida biha
al-Bathil.
Bahasa
agama terlalu banyak yang diadopsi menjadi bahasa politik. Kata syahid
contohnya, kata ini mempunyai arti yang sangat dalam. Yaitu mereka yang
meninggal di jalan Allah Swt dalam melawan orang kafir. Dan syahid tidaknya
seseorang tidak bisa dihukumi secara lahir. Imam Al-Bukhari dalam kitab
shahihnya menuliskan bab khusus seputar ini: la yaqulu: Fulan Syahid.
Beliau menuliskan hadis yang menceritakan seseorang terbunuh dalam suatu perang
ketika Rasulullah Saw bertemu dengan kaum musyrikin lalu bertempur. Seorang
sahabat berkata: hari ini tidak ada dari kita yang mendapat (syahadah)
sebagaimana fulan mendapatkannya. Lalu Nabi Muhammad Saw menyanggah: bukan,
sesungguhnya dia itu adalah penghuni neraka. Dus, Syahid tidaknya seseorang
tidak ditentunkan secara lahir, melainkan keikhlasan hati. Sedangkan tak ada
yang tahu perihal hati kecuali Allah Swt dan Rasulullah Saw.
Namun
kini kata syahid mengalami pergeseran makna. Mereka yang gugur dalam aksi-aksi
demonstrasi mendapat gelar syahid. Dan yang lebih ironis, muncul seruan-seruan
untuk turun ke jalan mengikuti demonstrasi tanpa takut mati. Jikalaupun
meninggal nantinya akan dicatat sebagai syahid. Dicatatan tangan manusia
barangkali ya, namun di Mata Allah Swt belum tentu, dan hanya Allah yang tahu.
Bahasa
agama yang telah menjadi bahasa politik setidaknya telah mengungkap jati diri
mereka. Politik islam yang dielu-elukan dan sudah terlanjur diplot sebagai
solusi itu ternyata telah mengalami pergeseran makna dan –bahkan secara tidak
sadar- mereka salah artikan sendiri sebagai politisasi Islam.Wallahu A’lam.
informsi yang menarik dan bermanfaat sekali nih gan...
BalasHapusdi tunggu info selanjutnya, thanks
ijin nyimak gan informasinya
BalasHapusmenarik dan bermanfaat nih infonya
thanks ya, sukses terus
terimakasih, ilmu ane bertambah lagi nih
BalasHapusdetektif indonesia
BalasHapusjasa detektif
detektif swasta
jasa detektif swasta
detektif perselingkuhan
detektif rahasia
jasa intai
jasa mata mata
jasa detektif jakarta
jasa detektif bandung
jasa detektif medan
jasa detektif jogja
jasa detektif semarang
jasa detektif solo
jasa detektif surabaya
jasa detektif palembang
jasa detektif bali
jasa detektif lombok
jasa detektif papua
jasa detektif aceh
terimakasih info agan sangat menambah wawsan
BalasHapus