Minggu, 23 November 2014

PK-22 Dalam Cerita

oleh: Fahim Khasani*

Tepat pukul 07.00 Wib peserta program Persiapan Keberangkatan (PK) awardee LPDP berkumpul di Wisma Hijau kawasan Cimanggis-Depok. Sebuah keberuntungan yang tak ternilai bisa bertemu dengan para awardee yang datang dari berbagai penjuru Indonesia, mulai dari Aceh sampai ujung Papua. Sebelumnya kami hanya bisa komunikasi lewat milis, Email, WA dan Line. Hari pertama lebih banyak digunakan untuk berkenalan. Meski sebelumnya sudah saling menyapa dan saling bertukar identitas di dunia maya,namun bertemu secara langsung tetap memberi kesan yang berbeda.

Program PK yang diselenggaakan oleh LPDP bertujuan untuk memberi bekal para awardee, penguatan mental,menanamkan nilai-nilai positif, semangat nasionalisme dan menguatkan karakter kepemimpinan. Narasumber yang diundang pun bukan sembarang orang. Mereka adalah tokoh inspiratif yang sudah banyak berkontribusi untuk Indonesia dan berwawasan luas. Banyak hal baru yang kami dapat, bahkan yang tidak terpikirkan sebelumnya.


Dulu, sebelum PK, seorang kawan yang pernah mngikuti PK pernah bepesan; jaga kesehatan. Nanti saat PK kamu akan tidur tidak lebih dari 2,5 jam. Jadwal kegiatan dan tugas akan berdatangan meminta jatah waktu. Dan ternyata benar. Pagi-pagi buta pukul 04.45 kami sudah harus berkumpul di lapangan untuk olahraga pagi. Selanjutnya pukul 07.30 sampai 11.30 akan diisi dengan talk show. 12.30 sampai 22.00 juga penuh dengan agenda angkatan atau seminar. Tidak berhenti sampai di situ, meski secara resmi acara berakhir pada jam 22.00, namun sedemikian tugas angkatan dan tugas kelompok sudah menanti. Sehingga pukul 02.30 biasaya kami baru bisa tidur dengan tenang. Meski agenda begitu padat, namun terasa begitu ringan. Hal itu karena kebersamaan dan kekompakan semua peserta. Sesulit apapun jika dikerjakan dengan bersama-sama akan terasa mudah. Lebih dari itu, kita juga semakin mengenal satu sama lain. Dan entah kenapa keakraban kami justru tumbuh disela-sela agenda yang sangat padat itu.

PK-22 dibuka dengan tari Jai flores dan tari dari Papua. Tari-tarian ini merupakan persembahan dari angkatan dipersiapkan khusus untuk menyambut Direktur LPDP Bpk Eko Prasetyo.Senin, 07.00 Wib pak Eko secara resmi membuka PK-22. Setelah itu dilanjutkan dengan Talk Show bertema ‘What, why and How to LPDP’ yang diisi langsung oleh Direktur LPDP. Talk Show ini bertujuan untuk menjelaskan cikal-bakal, filosofi dan segala hal yang berhubungan dengan LPDP.

Malam harinya, kami diajak untuk berpikir kreatif, selalu produktif dan aktif menelurkan gagasan yang solutif tentang permasalahan di sekitar kita. Narasumber kali ini adalah bpk Zainal Abidin, seorang entrepreneur sukses dan Rektor Institut kemandirian. Beliau bererita banyak tentang jatuh bangunnya memulai usaha. Lulus kuliah dengan prestasi tinggi tidak lantas menjamin kehidupan yang lebih baik.menunggu tawaran pekerjaan bukan solusi baginya. Lantas ia berusaha untuk memuai bisnis.jatuh bangun tak membuatnya menyerah. Ia terus berusaha dan berusaha. Kini bukan hanya bisnis, ia bahkan mendirikan sekolah entrepreneur yang diberi nama Institut kemandirian.

Selasa, 18 Nov 2014 kami mengadakan kunjungan ke sebuah sekolah yang tingkat minat pendidikan tingginya rendah.  Dari Wisma Hijau, kami bertolak ke SMAN 5 Terbuka. Di sana kami berbagi inspirasi dengan adik-adik.membuka wawasan mereka tentang pentingnya pendidikan tinggi. Masalah finansial kini bukan lagi alasan untuk tidak mengenyam pendidikan. Betapa banyak beasiswa bertebaran yang sudah menunggu. Hal itu yang ingin kami sampaikan kepada mereka. Mereka, siswa SMAN  5 Terbuka, mayoritas sekolah sambil bekerja. Himpitan ekonomi memaksa mereka untuk melakukan itu. Meski demikian mereka banyak yang memunyai semangat tinggi untuk kuliah. Hanya saja impian mereka hampir pupus kala dihadapkan dengan realita yang tidak mendukung. Oleh karenanya, begitu kami memaparkan tentang peluang beasiswa, kami melihat ada secercah cahaya di mata mereka. Binar mata menunjukkan harapan yang mulai tumbuh dan hidup dalam hati. Hal ini tentu sangat positif. Melalui mereka kami belajar banyak tentang realita hidup yang tak selalu lurus. Apa yang kita dapat saat ini, sudah semestinya untuk disyukuri. Bersyukur bukan hanya dengan lisan, namun, lebih dari itu kitta aktualisasikan dalam perbuatan dengan menjaga dan memanfaatkan dengan baik anugerah Tuhan yang sudah dititipkan kepada kita.

Masih tentang inspirasi, sore itu kami kedatangan narasumber unik, nyentrik dan tentunya sangat inspiratif. Dia adalah Dik Doank. Alumnus IKJ ini dulunya adalah pelaku seni dan presenter acara olahraga kenamaan. Namun kini aktifitasnya penuh dengan hal-hal yang bersifat pendidikan. Perhatiannya pada pendidikan anak jalanan, anak keluarga kurang mampu dan yatim membuatnya trgrak untuk membuat sekolah gratis untuk mereka. Ia memulai kegiatan sosialnya ini benar-benar dari nol, tanpa bantuan apapun dari pemerintah. Ia memulainya dengan membeli tanah miring yang tidak produktif dengan harga yang miring pula. Sedikit demi sedikit dibangun. Sampai menjadi sebuah kelas alam yang indah. Lebih tepat disebut taman dari pada kelas. Namun keindahan itu pernah terancam dengan rencana pemerintah membangun lintasan kereta api yang melalui sekolah alam tersebut.

Namun, ia tidak putus asa. Ia membangunnya lagi, lagi dan lagi. Dan kini setelah melewati masa-masa sulit yang melelahkan, sekolah yang dirintisnya sudah berdiri megah dan indah. Itu semua berkat kerja keras, semangat untuk tidak menyerah dan selalu percaya bahwa apa yang dilakukan dengan Ikhlas, Tuhan pasti akan mengulurkan tanganNya untuk mewujudkan itu. Sebuah Quote menarik dari Dik Doank: “Jangan mengabdi pada Indonesia. Mengabdilah pada Tuhan dengan sebenar-benarnya. Ia pasti akan menurunkan rahmatNya untuk Indonesia”.

Hari keempat. Pagi dimulai dengan upacara bendera. Dengan hikmat semua peserta mengikuti upacara. Pembina upacara kali ini adalah Dr. Arief Munandar, S.E, M.E. beliau juga nantinya akan mengisi talk show dengan tema:Menuju Pemimpin Baru yang Kontributif. Upaca selesai semua peserta langsung memasuki ruangan dan diskusi pun digelar. Beliau banyak menjelaskan tentang karakter dan nilai-nilai yang harus dimiliki seorang pemimpin. Nilai-nilai tersebut sama dengan nilai yang diperjuangkan oleh LPDP, Yaitu: Integritas, professional, sinergi, melayani dan sempurna.

Berikutnya, narasumber adalah seorang purnawirawan angkatan laut. Meski sudah berusia 75 tahun, tapi semangat yang dimiliki bahkan mengalahkan generasi muda. Beliau menceritakan pengalamannya sewaktu di TNI bagaimana tetap disiplin dalam menjaga integritas dan profesionalitas. Tanpa ada keduanya bangsa ini akan hancur. Beliau adalah Laksda (Purn) Husein Ibrahim. “Potensi laut Indonesia sungguh melimpah dan itu bukan didapat dengan mudah. Perjuangan, darah, bahkan nyawa dikorbankan oleh pendahulu kita untuk menjaga wilayah laut NKRI. Kita cukup memanfaatkannya dan menjaganya demi kedaulatan bangsa”, papar beliau.

Selanjutnya adalah sesi yang palingg ditunggu oleh semua peserta, outbound. Pukul 00.30 semua peserta berangkat dari Wisma Hijau menuju lereng gunung Tangkuban perahu di Lembang – Bandung. Acara yang bertajuk ‘Building Unshakable Mentality Race’ dimulai dengan games-games yang menyegarkan. Setiap kelompok diberi permainan yang melatih profesionalitas, integritas dan sinergi semua anggota. Semua game hanya bisa diselesaikan dengan baik jika tim mampu menjaga kekompakan.

Setelah istirahat, flying fox, human jump, menyeberang jurang hanya dengan 2 buah tali dan Paint ball sudah siap menanti. Kesemuanya melatih keberanian, mental dan skill. Sungguh memacu adrenalin. Saya baru kali ini mengikuti hal-hal menantang seperti ini. It’s amazing. Unforgetable moment. Outbound ini lebih merekatkan kebersamaan yang sudah ada sejak hari pertama. Seakan angkatan pk-22 ini sudah seperti keluarga.

Hari keenam, narasumber yang diundang juga tidak kalah inspiratif. Yaitu: mas Rangga Almahendra dan Hanum Rais (penulis novel 99 cahaya di langit Eropa). Mereka berdua bercerita tentang serba serbi studi dan hidup di Negara orang. Menurutnya belajar di luar negeri setidaknya memiliki 3 keuntungan:
-         -  Memiliki networking yang kuat
-         -  Mendapatkan resources yang tidak bisa diperoleh di dalam negeri
-         -  Membangun karekter yang positif.

Bagi awardee yang hendak membawa keluarga, mereka juga memberikan tips-tips khusus.
Hari ketujuh, sekaligus puncak acara PK-22 semua peserta mengenakan dresscode pakaian adat masing-masing daerah. Semua menyanyikan lagu Indonesia raya, Bagimu Negeri dan Mars Pk-22. Disusul dengan pemutaran video acara PK dan penganugrahan peserta. Setelah sambutan sekaligus penutupan oleh direktur LPDP, para peserta mempersembahkan drama musikal yang mengisahkan ‘Andhe-Andhe Lumut’. Begitu banyak kenangan-kenangan indah selama PK. Meski Cuma 7 hari, namun kesan dan kenangan yang dihasikan tak akan hilang dari ingatan. Kebersamaan, kekompakan, canda-tawa tak akan pernah terlupakan. Mungkin kebersamaan ini tak akan terjadi lagi, tapi komitmen untuk bersama menjaga dan memajukan Indonesia tak akan pernah mati. 

Terima kasih Panitia PK-22, Terima kasih LPDP, Terima kasih Indonesia.

Salam Sedya, Sena, Sura.


Indonesia, Bangkit!.

*Awardee LPDP, PK-22

4 komentar:

ketik komentar anda, pilih name/URL, masukkan nama, dan klik poskan komentar